Kamis, 06 November 2008

Film Islam dan Cita-cita Perdamaian

Film Islam dan Cita-cita Perdamaian
Moh. Shofan

Nabi Muhammad SAW selalu menjadi sumber inspirasi. Perjuangannya bersama para sahabat dalam membela Islam, akan difilmkan dalam bentuk drama yang kini segera memasuki tahap produksi serta diklaim akan dibuat lebih baik daripada film sebelumnya, seperti ar-Risalah alias The Messenger atau Omar Mokhtar atau “Singa Padang Pasir (Lion of The Desert)” hasil karya produser Muslim kelahiran Suria, Mustapha Akkad. Akkad merupakan sineas yang pernah tercatat sebagai eksekutif produser dari film Hollywood, Halloween. Film yang dibuat tahun 1976 ini sempat mendapat sorotan dunia muslim karena menuai kontroversi dari banyak umat Islam yang mengira aktor Anthony Quinn akan berperan sebagai Nabi Muhammad. Namun, protes-protes itu mereda dan berbalik menjadi pujian setelah diketahui Anthony Quinn berperan sebagai sahabat Nabi yang bernama Hamzah. Sedangkan sang Nabi sendiri hanya digambarkan sebagai sosok cahaya. Ar-Risalah sendiri mengisahkan pengangkatan beliau sebagai Nabi, dakwah Islam di Makkah, boikot ekonomi dan sosial terhadap muslimin oleh kafir Quraisy, hijrah ke Madinah, pembangunan Masjid Nabi sebagai pusat pemerintahan Islam, perang Badar, Perang Uhud, dan Fathu Makkah.
Film baru yang merupakan remake dari karya Mustapha Akkad ini akan digarap oleh Oscar Zoghbi, dan diberi judul, The Messenger of Peace. Subhia Abu Elheja, produser film, menyatakan bahwa film ini menjadi kampanye tersendiri bagi Islam. Pasca peristiwa 11 September 2001 adalah peristiwa yang menyakitkan bagi hubungan antarperadaban. Tidak sedikit anggapan bahwa peristiwa itu merupakan bukti kebenaran tesis benturan antarperadaban. Sebuah maklumat tentang kematian dialog antarperadaban. Islam telah begitu didiskreditkan.
Kisah kehidupan Nabi Muhammad SAW selalu dijadikan objek tendensius oleh dunia Barat. Kali terakhir yang langsung menyulut protes keras dari kaum Muslim di seluruh dunia, yakni problem visualisasi Nabi Muhammad SAW yang sarat prasangka negatif-peyoratif di media Denmark, Jyllands-Posten serta protes kaum Muslim terhadap rencana pembuatan novel tentang masa kecil Nabi Muhammad SAW yang dilakukan salah satu penerbit Inggris belum lama ini. Kalau dibaca secara cermat, prasangka Barat terhadap Islam sesungguhnya merupakan genealogi pola pikir (style of thought) yang diwarisi kajian para orientalis yang kurang objektif. Munculnya tesis orientalis semacam Bernard Lewis yang melihat sisi buruk Islam politik atau Samuel Huntington dengan tesis benturan antarperadaban, lahir dari genealogi prasangka Barat yang memiliki kuasa kepentingan atas dunia Islam.
Karenanya berbagai kekerasan dalam kurun waktu terakhir, hampir dipastikan yang menjadi sasaran kekerasan kelompok –meminjam istilah Quintan Wiktorowicz– aktivisme Islam adalah pusat-pusat berkembangnya budaya Barat, akibat akumulasi masif dari ketegangan-ketegangan struktural-psikologis. Masyarakat Barat masih terkungkung pada persepsi negatif itu, meskipun di sisi lain, komunikasi Barat dan Islam berjalan secara intens dan intim melalui kajian yang lebih objektif dan ilmiah. Seperti dapat dilihat dalam karya Marshall G. Hodgson, Karen Armstrong, John L Esposito, William C Chittick, Annemarie Schimmel, dan seterusnya. Akan tetapi, pemahaman yang mewakili Islam ini serasa belum memadai dalam ruang publik Barat secara umum.

Film Islam sebagai alat propaganda
Film ‘The Messenger of Peace” adalah sebuah film yang mempropagandakan ajaran Islam sebagai rahmatan lil ‘alamin. Islam dalam ajarannya banyak membawa pesan damai. Kedamaian adalah inti agama. Karena itu, ketika seseorang beragama tetapi di dalam hatinya terdapat kecenderungan untuk melakukan kekerasan, dia telah terjauhkan dari pesan agama untuk memakmurkan kemanusiaan. Nabi Muhammad SAW selalu mewanti-wanti agar dalam peperangan sekalipun, jangan membunuh perempuan, anak-anak, orang-orang yang lemah, merusak tempat tinggal, dan tempat ibadah.
Hassan Hanafi (2001:131-137), intelektual progresif asal Mesir juga menegaskan bahwa Islam adalah agama perdamaian yang universal. Menurutnya, secara literal semua nabi terdahulu adalah muslim karena mereka menundukkan kehendaknya di bawah kehendak suci Tuhan. Wahyu yang mereka terima sebenarnya bertalian dalam satu mata rantai yang kemudian dipadukan dan disempurnakan dalam Islam. Jadi, Islam adalah agama yang dibawa setiap nabi untuk semua individu, semua bangsa, dan seluruh umat manusia. Di sinilah kode etik universal perlu diangkat sebagai jaminan atas cita-cita perdamaian dalam Islam, yaitu kesamaan esensi misi mereka dalam upaya menciptakan kemanusiaan dan keadilan di muka bumi. Sangat banyak ayat Al Qur’an yang melarang kekerasan, pembunuhan dan perusakan di muka bumi ini.
Dan, film ‘The Messenger of Peace” ini diharapkan mampu sebagai jembatan untuk bisa memberikan jarak pemahaman antara Muslim dan non-Muslim. Islam sangat berwajah humanis. Dan mayoritas kelompok Islam tidak menghendaki adanya kekerasan, bahkan mengutuk kekerasan sebagai sebuah sikap anti-kemanusiaan. Film ini akan menjadi contoh bahwa dunia Hollywood yang komersil pun ternyata bisa memandang Islam dari sudut pandang yang baik.

Tidak ada komentar: